Oleh: Arief Gunawan
SEPULUH Nopember ‘65 Sukarno mau dilarikan tentara yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Kepolisian. Rencananya Sukarno akan diculik dari Jakarta dan disembunyikan di Surabaya.
Para loyalis ini mau menyelamatkan Sukarno dari tekanan politik dan manuver Soeharto.
Mengetahui rencana ini Sukarno menolak, karena tidak ingin terjadi perang saudara.
Lebih baik ia mundur daripada mengorbankan rakyat, yang akibatnya dapat menghancurkan negeri yang sangat dicintainya.
Sukarno, “raksasa besar Indonesia” pada dasarnya adalah penghayat falsafah Jawa sejati:
“Ojo Rumongso Biso, Nanging Kudu Biso Rumongso”.
Ia mundur dari jabatan presiden karena krisis politik dan resesi ekonomi telah menyengsarakan rakyat.
Rasa malu dan sikap tau diri penting dimiliki oleh seorang presiden.
Malu dan tau diri adalah dua hal esensial yang dapat membimbing moral seseorang untuk mempertahankan integritas. Menunjukkan adanya kesusilaan, etika, kesopanan, dan kebijaksanaan di dalam diri.
Adapun “Ojo Rumongso Biso, Nanging Kudu Biso Rumongso”, pada dasarnya mengajarkan manusia untuk tau diri, tau batas kemampuan. Jangan sok merasa bisa, tetapi alangkah baiknya apabila “bisa merasa”. Berempati, introspeksi, mendalami pikiran dan hati rakyat.
Bukan mengorbankan dengan tetap berdiri di tampuk kekuasaan dengan sekedar sok-sokan. Sok merasa bisa, atau gaya-gayaan belaka.
Gus Dur dan Soeharto adalah contoh lain presiden yang mengedepankan rasa malu dan sikap tau diri. Betapapun urakan dan nyentriknya Gus Dur,
betapapun militeristiknya Soeharto. Mereka mundur tatkala krisis politik dan resesi ekonomi menyengsarakan rakyat.
Kedua tokoh ini, seperti halnya Sukarno, memiliki pendukung loyalis yang ril di kalangan rakyat, yang bersedia mati membela mereka. Bukan
didukung oleh buzzerRp yang demi perut anak-bini terima order dengan imbalan uang najis dengan tugas menghasut, memfitnah, menghina ulama serta memecah-belah persatuan bangsa.
Sejarah memang bukan Panasea (obat ampuh untuk segala penyakit) dan tidak bisa dipake untuk menyelesaikan persoalan hari ini, tetapi di dalam sejarah tersimpan pesan dan contoh-contoh moralitas dan etika, yang berhubungan dengan rasa malu dan sikap tau diri penguasa dalam mengelola kekuasaannya. (*)
software untuk mengakses internet
plasa hosting
jasa pembuatan website iklan baris
spesifikasi komputer server
kumpulan software komputer
hosting and domain
pengertian klaim asuransi
webhost indonesia
asuransi islam
dedicated server indonesia
pengertian premi asuransi
atlas indonesia
pengertian asuransi syariah
web hosting terbaik di indonesia
perusahaan keuangan di indonesia
hosting web
daftar asuransi terbaik di indonesia
download software pc terbaru
web hosting terbaik indonesia
web hosting terbaik indonesia
makalah tentang asuransi kesehatan
makalah asuransi
cloud hosting indonesia
usaha kesehatan sekolah
universitas islam attahiriyah
travelling in indonesia
contoh bisnis plan sederhana
daftar perusahaan asuransi di indonesia
universitas internasional batam
webhosting terbaik
cloud server indonesia
file hosting indonesia
hosting domain murah
asuransi menurut islam
jumlah penduduk indonesia
biaya kuliah universitas pancasila
web hosting termurah
web hosting gratisan
manulife indonesia
pt asuransi adira dinamika
indonesian travel
domain murah
allianz indonesia
harga web hosting
universitas pendidikan indonesia
cara membuat server vpn
peringkat universitas di indonesia
web hosting support php
host indonesia
domain paling murah
biaya kuliah universitas trisakti
harga hosting website
indonesia travel guide
hosting domain
website builder indonesia
jurusan universitas indonesia
domain dan hosting
web hosting indonesia
indonesia travel
laporan keuangan perusahaan go publik
daftar universitas di indonesia
domain dan hosting adalah
daftar asuransi terbaik
kode negara indonesia
pengertian hukum asuransi
universitas multimedia nusantara
beli domain indonesia
vps indonesia
asuransi perjalanan ke eropa
peta indonesia lengkap
webhosting indonesia
makalah asuransi syariah
asuransi perusahaan
adira asuransi
promo domain murah
bus indonesia
domain hosting murah
daftar asuransi
pengertian asuransi pendidikan
Nunavut budaya
Lini Dayton Freight
Hard drive Data Recovery Services
Donate a Car di Maryland
Pengganti motor
Insurance
Gas/Electricity
Mortgage
Attorney
Loans
Lawyer
Donate
Conference Call
Degree
Credit
Oleh: Arief Gunawan
SEPULUH Nopember ‘65 Sukarno mau dilarikan tentara yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Kepolisian. Rencananya Sukarno akan diculik dari Jakarta dan disembunyikan di Surabaya.
Para loyalis ini mau menyelamatkan Sukarno dari tekanan politik dan manuver Soeharto.
Mengetahui rencana ini Sukarno menolak, karena tidak ingin terjadi perang saudara.
Lebih baik ia mundur daripada mengorbankan rakyat, yang akibatnya dapat menghancurkan negeri yang sangat dicintainya.
Sukarno, “raksasa besar Indonesia” pada dasarnya adalah penghayat falsafah Jawa sejati:
“Ojo Rumongso Biso, Nanging Kudu Biso Rumongso”.
Ia mundur dari jabatan presiden karena krisis politik dan resesi ekonomi telah menyengsarakan rakyat.
Rasa malu dan sikap tau diri penting dimiliki oleh seorang presiden.
Malu dan tau diri adalah dua hal esensial yang dapat membimbing moral seseorang untuk mempertahankan integritas. Menunjukkan adanya kesusilaan, etika, kesopanan, dan kebijaksanaan di dalam diri.
Adapun “Ojo Rumongso Biso, Nanging Kudu Biso Rumongso”, pada dasarnya mengajarkan manusia untuk tau diri, tau batas kemampuan. Jangan sok merasa bisa, tetapi alangkah baiknya apabila “bisa merasa”. Berempati, introspeksi, mendalami pikiran dan hati rakyat.
Bukan mengorbankan dengan tetap berdiri di tampuk kekuasaan dengan sekedar sok-sokan. Sok merasa bisa, atau gaya-gayaan belaka.
Gus Dur dan Soeharto adalah contoh lain presiden yang mengedepankan rasa malu dan sikap tau diri. Betapapun urakan dan nyentriknya Gus Dur,
betapapun militeristiknya Soeharto. Mereka mundur tatkala krisis politik dan resesi ekonomi menyengsarakan rakyat.
Kedua tokoh ini, seperti halnya Sukarno, memiliki pendukung loyalis yang ril di kalangan rakyat, yang bersedia mati membela mereka. Bukan
didukung oleh buzzerRp yang demi perut anak-bini terima order dengan imbalan uang najis dengan tugas menghasut, memfitnah, menghina ulama serta memecah-belah persatuan bangsa.
Sejarah memang bukan Panasea (obat ampuh untuk segala penyakit) dan tidak bisa dipake untuk menyelesaikan persoalan hari ini, tetapi di dalam sejarah tersimpan pesan dan contoh-contoh moralitas dan etika, yang berhubungan dengan rasa malu dan sikap tau diri penguasa dalam mengelola kekuasaannya. (*)
0 Response to "Presiden-Presiden dengan Rasa Malu & Sikap Tau Diri"
Post a comment