REVOLUSI wanita sedang dilakukan Pangeran MbS. Sekarang ini. Semula saya melihatnya sepotong-sepotong.
Akhirnya saya melihatnya secara menyeluruh. Kesimpulan saya: Pangeran MbS lagi melakukan pembentukan “social capital”. Modal sosial. Yang tidak kalah penting dari modal uang.
Begitulah salah satu teori pembangunan: modal sosial harus sama kuat dengan modal uang. Agar pembangunan berhasil.
Tapi, biasanya, orang lebih fokus ke pembentukan modal dalam bentuk dana. Akibatnya, uang itu pun tidak menghasilkan pembangunan. Masyarakatnya tidak cukup siap untuk menggerakkan uang yang disediakan.
Lihatlah langkah Pangeran MbS, Mohamad bin Salman di Saudi Arabia ini:
Wanita mulai boleh mengendarai mobil. Wanita boleh masuk stadion.
Wanita, ini mengejutkan, boleh bepergian ke luar negeri sendirian. Tanpa didampingi muhrim, laki-laki dari keluarganya: suami, ayah, saudara kandung.
Saat mengurus paspor pun wanita boleh melakukannya sendiri. Pembuatan paspor tidak lagi harus seizin muhrim.
Wanita juga mulai diizinkan mendaftarkan kelahiran anaknya ke catatan sipil. Sendirian. Tanpa muhrim.
Semua itu terjadi hanya dalam dua tahun terakhir. Perubahan yang begitu cepat.
Tentu Mohamad bin Salman, putra mahkota Saudi Arabia, mendapat tentangan berat.
Dari dalam keluarga kerajaan sendiri, sepupu-sepupu sudah ia masukkan penjara.
Dari wartawan kritis, yang tokohnya sudah dibunuh itu. Dan mayatnya lenyap itu.
Dari para ulama, sudah begitu banyak ulama yang ditangkap. Termasuk salah satunya imam di Masjidil Haram, Mekah itu.
Semula saya hanya melihat itu sebagai serpihan peristiwa.
Saya pun tidak pernah menulis soal wanita boleh mengemudi. Tidak menulis penangkapan-penangkapan. Tidak menulis wanita boleh masuk stadion.
Saya hanya menulis panjang soal pembunuhan wartawan itu.
Saya juga tidak pernah menulis proyek besar MbS: Visi Saudi 2030. Yakni target pembangunan Saudi yang tidak lagi mengandalkan minyak mentah.
MbS merancang, bagaimana pasca minyak nanti Saudi bisa menjadi negara maju, modern, dan kuat. Sepuluh tahun lagi.
Mimpi "Visi Saudi 2030" sudah begitu dekatnya. Baru dicanangkan 25 April 2016. Baru tiga tahun lalu. Sudah harus berhasil 10 tahun lagi.
Kini nyaris tidak ada oposisi di Saudi. Pun dari kalangan ulama. Yang menentang pun tidak bisa berkutik. Maksimum mereka hanya bisa “beroposisi dalam diam”.
Baru sekarang saya mencoba melihatnya secara menyeluruh. Menghubung-hubungkan semua kejadian itu. Satu dengan lainnya.
Ternyata MbS lagi menjalankan skenario besar. Membuat konsep. Menggalang modal finansial. Juga modal sosial.
Salah satu modal sosial yang besar adalah wanita.
Bagaimana pembangunan bisa berhasil kalau yang produktif hanya laki-laki?
Mari kita hitung: Produktivitas penduduk laki-laki, katakanlah 80. Tidak mungkin 100. Sebagian laki-laki sudah sangat tua, sakit, atau gila.
Produktivitas penduduk wanita, katakanlah 10. Ini lantaran wanitanya dikekang: tidak boleh keluar rumah, tidak boleh mengemudi.
Maka 80 ditambah 10 = 90. Berarti angka rata-ratanya 45.
Bandingkan dengan negara seperti Tiongkok.
Produktivitas penduduk laki-laki 80. Produktivitas penduduk perempuan 75.
Kalau ditotal: 155. Berarti rata-rata 75 lebih.
Begitu banyak selisihnya. Belum lagi dihitung faktor pengurang. Misalnya terjadinya pertengkaran. Berkurang sekian poin.
Terjadi demo besar. Berkurang lagi. Terjadi konflik. Berkurang terus.
Coba sekarang kita hitung sendiri modal sosial kita. Ups, tidak jadi. Sebaiknya Anda sendiri yang menghitung.
Saya tinggal membaca hasil hitungan Anda. Menyenangkan, bisa untuk permainan game teori pembangunan.
Dahlan Iskan.(rmol)
software untuk mengakses internet
plasa hosting
jasa pembuatan website iklan baris
spesifikasi komputer server
kumpulan software komputer
hosting and domain
pengertian klaim asuransi
webhost indonesia
asuransi islam
dedicated server indonesia
pengertian premi asuransi
atlas indonesia
pengertian asuransi syariah
web hosting terbaik di indonesia
perusahaan keuangan di indonesia
hosting web
daftar asuransi terbaik di indonesia
download software pc terbaru
web hosting terbaik indonesia
web hosting terbaik indonesia
makalah tentang asuransi kesehatan
makalah asuransi
cloud hosting indonesia
usaha kesehatan sekolah
universitas islam attahiriyah
travelling in indonesia
contoh bisnis plan sederhana
daftar perusahaan asuransi di indonesia
universitas internasional batam
webhosting terbaik
cloud server indonesia
file hosting indonesia
hosting domain murah
asuransi menurut islam
jumlah penduduk indonesia
biaya kuliah universitas pancasila
web hosting termurah
web hosting gratisan
manulife indonesia
pt asuransi adira dinamika
indonesian travel
domain murah
allianz indonesia
harga web hosting
universitas pendidikan indonesia
cara membuat server vpn
peringkat universitas di indonesia
web hosting support php
host indonesia
domain paling murah
biaya kuliah universitas trisakti
harga hosting website
indonesia travel guide
hosting domain
website builder indonesia
jurusan universitas indonesia
domain dan hosting
web hosting indonesia
indonesia travel
laporan keuangan perusahaan go publik
daftar universitas di indonesia
domain dan hosting adalah
daftar asuransi terbaik
kode negara indonesia
pengertian hukum asuransi
universitas multimedia nusantara
beli domain indonesia
vps indonesia
asuransi perjalanan ke eropa
peta indonesia lengkap
webhosting indonesia
makalah asuransi syariah
asuransi perusahaan
adira asuransi
promo domain murah
bus indonesia
domain hosting murah
daftar asuransi
pengertian asuransi pendidikan
Nunavut budaya
Lini Dayton Freight
Hard drive Data Recovery Services
Donate a Car di Maryland
Pengganti motor
Insurance
Gas/Electricity
Mortgage
Attorney
Loans
Lawyer
Donate
Conference Call
Degree
Credit
REVOLUSI wanita sedang dilakukan Pangeran MbS. Sekarang ini. Semula saya melihatnya sepotong-sepotong.
Akhirnya saya melihatnya secara menyeluruh. Kesimpulan saya: Pangeran MbS lagi melakukan pembentukan “social capital”. Modal sosial. Yang tidak kalah penting dari modal uang.
Begitulah salah satu teori pembangunan: modal sosial harus sama kuat dengan modal uang. Agar pembangunan berhasil.
Tapi, biasanya, orang lebih fokus ke pembentukan modal dalam bentuk dana. Akibatnya, uang itu pun tidak menghasilkan pembangunan. Masyarakatnya tidak cukup siap untuk menggerakkan uang yang disediakan.
Lihatlah langkah Pangeran MbS, Mohamad bin Salman di Saudi Arabia ini:
Wanita mulai boleh mengendarai mobil. Wanita boleh masuk stadion.
Wanita, ini mengejutkan, boleh bepergian ke luar negeri sendirian. Tanpa didampingi muhrim, laki-laki dari keluarganya: suami, ayah, saudara kandung.
Saat mengurus paspor pun wanita boleh melakukannya sendiri. Pembuatan paspor tidak lagi harus seizin muhrim.
Wanita juga mulai diizinkan mendaftarkan kelahiran anaknya ke catatan sipil. Sendirian. Tanpa muhrim.
Semua itu terjadi hanya dalam dua tahun terakhir. Perubahan yang begitu cepat.
Tentu Mohamad bin Salman, putra mahkota Saudi Arabia, mendapat tentangan berat.
Dari dalam keluarga kerajaan sendiri, sepupu-sepupu sudah ia masukkan penjara.
Dari wartawan kritis, yang tokohnya sudah dibunuh itu. Dan mayatnya lenyap itu.
Dari para ulama, sudah begitu banyak ulama yang ditangkap. Termasuk salah satunya imam di Masjidil Haram, Mekah itu.
Semula saya hanya melihat itu sebagai serpihan peristiwa.
Saya pun tidak pernah menulis soal wanita boleh mengemudi. Tidak menulis penangkapan-penangkapan. Tidak menulis wanita boleh masuk stadion.
Saya hanya menulis panjang soal pembunuhan wartawan itu.
Saya juga tidak pernah menulis proyek besar MbS: Visi Saudi 2030. Yakni target pembangunan Saudi yang tidak lagi mengandalkan minyak mentah.
MbS merancang, bagaimana pasca minyak nanti Saudi bisa menjadi negara maju, modern, dan kuat. Sepuluh tahun lagi.
Mimpi "Visi Saudi 2030" sudah begitu dekatnya. Baru dicanangkan 25 April 2016. Baru tiga tahun lalu. Sudah harus berhasil 10 tahun lagi.
Kini nyaris tidak ada oposisi di Saudi. Pun dari kalangan ulama. Yang menentang pun tidak bisa berkutik. Maksimum mereka hanya bisa “beroposisi dalam diam”.
Baru sekarang saya mencoba melihatnya secara menyeluruh. Menghubung-hubungkan semua kejadian itu. Satu dengan lainnya.
Ternyata MbS lagi menjalankan skenario besar. Membuat konsep. Menggalang modal finansial. Juga modal sosial.
Salah satu modal sosial yang besar adalah wanita.
Bagaimana pembangunan bisa berhasil kalau yang produktif hanya laki-laki?
Mari kita hitung: Produktivitas penduduk laki-laki, katakanlah 80. Tidak mungkin 100. Sebagian laki-laki sudah sangat tua, sakit, atau gila.
Produktivitas penduduk wanita, katakanlah 10. Ini lantaran wanitanya dikekang: tidak boleh keluar rumah, tidak boleh mengemudi.
Maka 80 ditambah 10 = 90. Berarti angka rata-ratanya 45.
Bandingkan dengan negara seperti Tiongkok.
Produktivitas penduduk laki-laki 80. Produktivitas penduduk perempuan 75.
Kalau ditotal: 155. Berarti rata-rata 75 lebih.
Begitu banyak selisihnya. Belum lagi dihitung faktor pengurang. Misalnya terjadinya pertengkaran. Berkurang sekian poin.
Terjadi demo besar. Berkurang lagi. Terjadi konflik. Berkurang terus.
Coba sekarang kita hitung sendiri modal sosial kita. Ups, tidak jadi. Sebaiknya Anda sendiri yang menghitung.
Saya tinggal membaca hasil hitungan Anda. Menyenangkan, bisa untuk permainan game teori pembangunan.
Dahlan Iskan.(rmol)
0 Response to "Revolusi Wanita"
Post a comment