
Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Febri Diansyah tidak membantah pihaknya akan memanggil sejumlah saksi untuk mengklarifikasi 'nyanyian' Bowo Sidik Pangarso,, terkait “serangan fajar” yang menyeret nama Politikus Golkar, Nusron Wahid.
Salah satu yang akan dipanggil untuk diperiksa yakni Nusron Wahid. Sebab, Nusron disebut-sebut oleh Bowo yang memerintahkannya untuk menyiapkan 400 ribu amplop guna serangan fajar di Pemilu 2019.
"Klarifikasi pasti dilakukan tapi terhadap siapa dan bagaimana metodenya tentu belum bisa disampaikan saat ini. Nanti penyidik kita membutuhkan keterangan dari pihak-pihak tertentu, siapapun orangnya, ya sepanjang relevan dan terkait tentu akan kami panggil," kata Febri di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (10/4/2019).
Febri menjelaskan, 'nyanyian' Bowo Sidik Pangarso yang menyeret nama Nusron Wahid terkait amplop serangan fajar tidak cukup kuat jika tidak didukung keterangan yang lain. Oleh karenanya, KPK akan menguji kebenaran omongan tersebut.
"Bagi KPK satu keterangan saja tentu saja tidak cukup, tapi satu keterangan itu tentu saja perlu dicek, diklarifikasi atau diverifikasi dengan bukti-bukti yang lain dan keterangan keterangan yang lain," ujarnya.
"Karena penting sekali bagi KPK, pertama untuk tidak tergantung pada satu keterangan saksi atau tersangka. Kedua harus melihat kesesuaian dengan bukti-bukti yang lain. Tapi tentu kami akan telusuri lebih lanjut informasi informasi yang relevan terkait sumber dana dari sekitar 8 miliar tersebut dan juga proses penukarannya," ujarnya.
Bowo Sidik. (Foto: Puteranegara/Okezone)
Sebelumnya, Bowo mengaku disuruh Nusron mengumpulkan 400 ribu amplop guna keperluan “serangan fajar” di Pemilu 2019. Namun, tudingan tersebut dibantah oleh Nusron Wahid. Nusron menegaskan pernyataan Bowo tidak benar.
Nusron dan Bowo merupakan calon anggota DPR dari dapil Jawa Tengah II dari Fraksi Golkar. Keduanya sama-sama sedang berjuang merebut suara di Jawa Tengah untuk kembali jadi anggota DPR.
Namun, Bowo tersandung kasus di KPK sebelum pemilu digelar. Bowo ditetapkan sebagai tersangka penerima suap terkait kerjasama pengangkutan bidang pelayaran untuk kebutuhan distribusi pupuk menggunakan kapal PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK).
Selain Bowo Sidik, KPK juga menetapkan dua tersangka lainnya, yakni anak buah Bowo dari PT Inersia, Indung yang diduga juga sebagai pihak penerima suap. Sedangkan satu tersangka lainnya adalah Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia, Asty Winasti, yang diduga sebagai pihak pemberi suap.
Dalam perkara ini, Bowo Sidik diduga meminta fee kepada PT Humpuss Transportasi Kimia atas biaya angkut yang diterima sejumlah USD2 per metric ton. Diduga, Bowo Sidik telah menerima tujuh kali hadiah atau suap dari PT Humpuss.
Bowo disinyalir menerima suap karena telah membantu PT Humpuss agar kapal-kapal milik PT Humpuss digunakan kembali oleh PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) untuk mengangkut pendistribusian pupuk. Sebab, kerjasama antara PT HTK dan PT PILOG telah berhenti.
Bowo Sidik diduga bukan hanya menerima suap dari PT Humpuss, tapi juga dari pengusaha lainnya. Total, uang suap dan gratifikasi yang diterima Bowo Sidik dari PT Humpuss maupun pihak lainnya yakni sekira Rp8 miliar. Uang tersebut dikumpulkan Bowo untuk melakukan “serangan fajar” di Pemilu 2019.
KPK sendiri telah menyita uang sebesar Rp8 miliar dalam 82 kardus dan dua boks. 82 kardus serta dua boks tersebut berisi uang pecahan Rp50 ribu dan Rp20 ribu dengan total Rp8 miliar yang sudah dimasukkan kedalam amplop berwarna putih. [okz]
software untuk mengakses internet
plasa hosting
jasa pembuatan website iklan baris
spesifikasi komputer server
kumpulan software komputer
hosting and domain
pengertian klaim asuransi
webhost indonesia
asuransi islam
dedicated server indonesia
pengertian premi asuransi
atlas indonesia
pengertian asuransi syariah
web hosting terbaik di indonesia
perusahaan keuangan di indonesia
hosting web
daftar asuransi terbaik di indonesia
download software pc terbaru
web hosting terbaik indonesia
web hosting terbaik indonesia
makalah tentang asuransi kesehatan
makalah asuransi
cloud hosting indonesia
usaha kesehatan sekolah
universitas islam attahiriyah
travelling in indonesia
contoh bisnis plan sederhana
daftar perusahaan asuransi di indonesia
universitas internasional batam
webhosting terbaik
cloud server indonesia
file hosting indonesia
hosting domain murah
asuransi menurut islam
jumlah penduduk indonesia
biaya kuliah universitas pancasila
web hosting termurah
web hosting gratisan
manulife indonesia
pt asuransi adira dinamika
indonesian travel
domain murah
allianz indonesia
harga web hosting
universitas pendidikan indonesia
cara membuat server vpn
peringkat universitas di indonesia
web hosting support php
host indonesia
domain paling murah
biaya kuliah universitas trisakti
harga hosting website
indonesia travel guide
hosting domain
website builder indonesia
jurusan universitas indonesia
domain dan hosting
web hosting indonesia
indonesia travel
laporan keuangan perusahaan go publik
daftar universitas di indonesia
domain dan hosting adalah
daftar asuransi terbaik
kode negara indonesia
pengertian hukum asuransi
universitas multimedia nusantara
beli domain indonesia
vps indonesia
asuransi perjalanan ke eropa
peta indonesia lengkap
webhosting indonesia
makalah asuransi syariah
asuransi perusahaan
adira asuransi
promo domain murah
bus indonesia
domain hosting murah
daftar asuransi
pengertian asuransi pendidikan
Nunavut budaya
Lini Dayton Freight
Hard drive Data Recovery Services
Donate a Car di Maryland
Pengganti motor
Insurance
Gas/Electricity
Mortgage
Attorney
Loans
Lawyer
Donate
Conference Call
Degree
Credit

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Febri Diansyah tidak membantah pihaknya akan memanggil sejumlah saksi untuk mengklarifikasi 'nyanyian' Bowo Sidik Pangarso,, terkait “serangan fajar” yang menyeret nama Politikus Golkar, Nusron Wahid.
Salah satu yang akan dipanggil untuk diperiksa yakni Nusron Wahid. Sebab, Nusron disebut-sebut oleh Bowo yang memerintahkannya untuk menyiapkan 400 ribu amplop guna serangan fajar di Pemilu 2019.
"Klarifikasi pasti dilakukan tapi terhadap siapa dan bagaimana metodenya tentu belum bisa disampaikan saat ini. Nanti penyidik kita membutuhkan keterangan dari pihak-pihak tertentu, siapapun orangnya, ya sepanjang relevan dan terkait tentu akan kami panggil," kata Febri di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (10/4/2019).
Febri menjelaskan, 'nyanyian' Bowo Sidik Pangarso yang menyeret nama Nusron Wahid terkait amplop serangan fajar tidak cukup kuat jika tidak didukung keterangan yang lain. Oleh karenanya, KPK akan menguji kebenaran omongan tersebut.
"Bagi KPK satu keterangan saja tentu saja tidak cukup, tapi satu keterangan itu tentu saja perlu dicek, diklarifikasi atau diverifikasi dengan bukti-bukti yang lain dan keterangan keterangan yang lain," ujarnya.
"Karena penting sekali bagi KPK, pertama untuk tidak tergantung pada satu keterangan saksi atau tersangka. Kedua harus melihat kesesuaian dengan bukti-bukti yang lain. Tapi tentu kami akan telusuri lebih lanjut informasi informasi yang relevan terkait sumber dana dari sekitar 8 miliar tersebut dan juga proses penukarannya," ujarnya.
Bowo Sidik. (Foto: Puteranegara/Okezone)
Sebelumnya, Bowo mengaku disuruh Nusron mengumpulkan 400 ribu amplop guna keperluan “serangan fajar” di Pemilu 2019. Namun, tudingan tersebut dibantah oleh Nusron Wahid. Nusron menegaskan pernyataan Bowo tidak benar.
Nusron dan Bowo merupakan calon anggota DPR dari dapil Jawa Tengah II dari Fraksi Golkar. Keduanya sama-sama sedang berjuang merebut suara di Jawa Tengah untuk kembali jadi anggota DPR.
Namun, Bowo tersandung kasus di KPK sebelum pemilu digelar. Bowo ditetapkan sebagai tersangka penerima suap terkait kerjasama pengangkutan bidang pelayaran untuk kebutuhan distribusi pupuk menggunakan kapal PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK).
Selain Bowo Sidik, KPK juga menetapkan dua tersangka lainnya, yakni anak buah Bowo dari PT Inersia, Indung yang diduga juga sebagai pihak penerima suap. Sedangkan satu tersangka lainnya adalah Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia, Asty Winasti, yang diduga sebagai pihak pemberi suap.
Dalam perkara ini, Bowo Sidik diduga meminta fee kepada PT Humpuss Transportasi Kimia atas biaya angkut yang diterima sejumlah USD2 per metric ton. Diduga, Bowo Sidik telah menerima tujuh kali hadiah atau suap dari PT Humpuss.
Bowo disinyalir menerima suap karena telah membantu PT Humpuss agar kapal-kapal milik PT Humpuss digunakan kembali oleh PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) untuk mengangkut pendistribusian pupuk. Sebab, kerjasama antara PT HTK dan PT PILOG telah berhenti.
Bowo Sidik diduga bukan hanya menerima suap dari PT Humpuss, tapi juga dari pengusaha lainnya. Total, uang suap dan gratifikasi yang diterima Bowo Sidik dari PT Humpuss maupun pihak lainnya yakni sekira Rp8 miliar. Uang tersebut dikumpulkan Bowo untuk melakukan “serangan fajar” di Pemilu 2019.
KPK sendiri telah menyita uang sebesar Rp8 miliar dalam 82 kardus dan dua boks. 82 kardus serta dua boks tersebut berisi uang pecahan Rp50 ribu dan Rp20 ribu dengan total Rp8 miliar yang sudah dimasukkan kedalam amplop berwarna putih. [okz]
0 Response to "KPK Buka Peluang Periksa Nusron Wahid soal Nyanyian "Serangan Fajar" Bowo Sidik"
Post a comment